Para Inang Penjaga Gambut Muara Manompas

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Ibu Siti Suharni, Ketua Kelompok Semangat Baru, Kelurahan Muara Manompas, Kecamatan Muara Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, harus bersusah payah memadamkan kebakaran di lahan gambut. Kendati demikian, asap pekat dan api yang membara tidak menyurutkan tekadnya untuk menyelamatkan gambut dari kebakaran.

“Waktu itu adalah kali pertama saya ikut memadamkan kebakaran di lahan gambut, dulu tidak pernah. Sejak ikut program pengelolaan gambut, saya jadi tahu betapa bahayanya gambut jika terbakar. Bolak-balik kami mengambil air di kanal bersama Ibu Darmawani yang saat itu sedang hamil 6 bulan,” kenang Ibu Siti Suharni menceritakan kebakaran gambut yang terjadi tahun lalu sembari mengantar kami menuju sekat kanal.

Di Kelompok Suka Maju, Ibu Astria Pane (29), perempuan ini memimpin kelompoknya untuk ikut memadamkan api.

“Tahun 2020 ketika terjadi kebakaran, saya meminta anggota untuk ikut memadamkan api. Anggota saya hanya ada 2 laki-laki dan 8 perempuan. Jadi perempuan juga harus terlibat. Walaupun panas dan perlu usaha besar untuk memadamkan api, anggota perempuan kami tetap aktif,” ujar Astria.

Peran para Inang (sebutan “ibu” bagi suku Batak), tidak hanya memadamkan api pada lahan gambut. Dalam berbagai kegiatan IKI-PME, mereka memiliki akses untuk terlibat di dalamnya.

Kelompok Suka Maju yang dipimpin oleh Ibu Astria Ningsih Pane melakukan kegiatan pemantauan tanaman jelutung secara rutin

International Climate Initiative Peat and Mangrove Ecosystem (IKI-PME) adalah program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui perlindungan dan pengembangan mata pencaharian berkelanjutan pada ekosistem gambut dan mangrove.

Melalui proyek IKI-PME, Pemerintah Daerah Tapanuli Selatan bersama Konservasi Indonesia (KI) dan Yayasan Lahan Basah (YLBA) melaksanakan kegiatan pemulihan ekosistem gambut di Kelurahan Muara Manompas, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

“Lokasi tersebut menjadi contoh dalam mempromosikan model pembangunan hijau melalui alternatif mata pencaharian yang juga melestarikan ekosistem gambut,” ungkap Susan Lusiana, IKI-PME Senior Project Manager.

Sejak tahun 2019, terdapat 20 kelompok yang didampingi dalam kegiatan IKI-PME. Dari 20 kelompok, sebanyak 60 inang terlibat pada seluruh kegiatan perlindungan dan pengelolaan gambut di Muara Manompas. Kelompok Semangat Baru dan Kelompok Suka Maju adalah dua kelompok yang didominasi oleh para inang.

Bersama para lelaki, para inang terlibat dalam kegiatan 3R di lahan gambut. Kegiatan tersebut mulai dari pembasahan kembali (rewetting), penanaman tanaman asli gambut (revegetation) dan pengembangan mata pencaharian alternatif (revitalization).

Melalui kegiatan pembasahan kembali, para inang berpartisipasi dalam pembangunan dan perawatan sekat kanal yang berfungsi untuk membasahi gambut yang terdegradasi. Mereka juga menanam tanaman asli gambut seperti jelutung, pakkat, rotan, sagu, hingga nanas di lahan masing-masing anggota kelompok.

Kegiatan perawatan sekat kanal

Tidak hanya itu, para inang juga aktif melakukan patroli api, mengukur Tinggi Muka Air (TMA), hingga memantau alat deteksi kebakaran (Early Warning System/EWS) yang dilakukan setiap bulan.

Melalui pelaksanaan kegiatan IKI-PME, para inang membuktikan bahwa kerja-kerja pelestarian lingkungan, pemberdayaan ekonomi dan penguatan kapasitas yang dilakukan dalam dua tahun, cukup membanggakan.

Dalam tiga tahun, bersama dengan masyarakat, program ini membantu upaya pemulihan ekosistem gambut di Tapanuli Selatan. Total 12 sekat kanal diperkirakan telah membasahi kembali sekitar 1.700 ha gambut terdegradasi. Sekitar 14.000 batang tanaman jelutong dan 3 ribu batang tanaman pakkat/rotan telah ditanami pada 200 ha lahan gambut.

Melalu perlindungan dan pengelolaan kembali gambut yang sudah terdegradasi ini, maka emisi gas rumah kaca yang terhindarkan dapat mencapai sekitar 55 ribu ton CO2/tahunnya. Kebakaran gambut yang umumnya terjadi setiap tahun dapat diminimalisir terjadi dengan adanya pembangunan sekat kanal dan kesadaran masyarakat dalam mengelola gambut.

Pengukuran sumur pantau untuk mengetahui tinggi muka air di lahan gambut

Di sisi ekonomi, atas upaya perlindungan dan pengelolaan gambut yang dilakukan, masyarakat juga menerima akses pendanaan kelompok maupun individu untuk pengembangan mata pencaharian berkelanjutan.

Bagi Kelompok Semangat Baru dan Kelompok Suka Maju, mereka mengarahkan pendanaan tersebut untuk ternak ikan lele secara komunal. Sedangkan beberapa kelompok lain memanfaatkan pendanaan tersebut untuk mengembangkan usaha anggota kelompok yang sudah berjalan, seperti ternak bebek, ternak babi, hingga usaha pengasapan ikan.

Dari sisi pelibatan masyarakat, peran para inang dalam program IKI-PME di Muara Manompas, bukan untuk memenuhi kuota saja. Keterlibatan mereka nyata, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Setiap keputusan yang diambil di kelompok atau di kegiatan yang dilaksanakan harus ada persetujuan dari para perempuan.

Menurut Astria Ningsi Pane, keterlibatan para perempuan menunjukkan bahwa urusan pemadaman kebakaran lahan gambut, menanam tanaman jelutung dan merawat sekat kanal bukan urusan laki-laki saja.

Para perempuan anggota kelompok IKI PME mengikuti pelatihan pemadaman kebakaran di lahan gambut bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tapanuli Selatan

“Kami para boru (anak perempuan) dan inang (ibu) juga memiliki tanggung jawab yang sama karena kalau lahan gambutnya rusak justru perempuan yang paling sengsara, misalnya soal kesehatan dan ekonomi menjadi terganggu,” ujarnya

Tidak bisa dipungkiri kehadiran program IKI-PME di Muara Manompas yang berjalan 3 tahun ini telah mewarnai ‘kehidupan’ para perempuan. Mereka tidak lagi melakukan kegiatan domestik semata, seperti memasak dan mengasuh anak. Mereka mulai terbiasa berorganisasi, berdiskusi dan mengemukakan pendapat, hal langka yang tidak akan ditemukan sebelumnya di Muara Manompas.

“Saya pribadi merasa menjadi lebih percaya diri semenjak menjadi ketua kelompok. Sebagai perempuan, saya bisa membuktikan bahwa perempuan bisa memimpin dan mengambil keputusan”, ungkap Ibu Siti Suharni.

Ia berharap semua perempuan di Muara Manompas mau terlibat dalam menyelamatkan lahan gambut, ia juga yakin ketika perempuan banyak terlibat akan memudahkan menggerakkan kaum laki-laki untuk terlibat juga.