Beasiswa
INDONESIAN YOUTH ELASMOBRANCH SCHOLARSHIP


Program Indonesian Youth Elasmobranch Scholarship (IYES) adalah program inisiatif hibah penelitian dan proyek konservasi tentang elasmobranch yang inovatif kepada pemuda/i Indonesia untuk dapat merespon kebutuhan data dan intervensi konservasi terkait hiu dan pari yang terus berkembang berdasarkan isu dan kesenjangan pengelolaannya.

Program ini juga ditujukan sebagai kaderisasi dalam menyiapkan suksesi pemimpin-pemimpin masa depan yang akan membangun dan melanjutkan inisiatif-inisiatif program konservasi hiu dan pari di Indonesia.
Profil Peserta IYES 2024
Hibah Penelitian

Universitas Gadjah Mada
Calvin Muliawan, Andari Sekarningrum, Raihan Widarianto Putra
Universitas Gadjah Mada
DIET ANALYSES AND POPULATION GENETIC STRUCTURE OF Hemiscyllium halmahera
The Halmahera walking shark or Hemiscyllium halmahera, found in the shallow waters around Halmahera Island, Indonesia, is an iconic species known for its ability to “walk” on the seafloor using its pectoral and pelvic fins. Despite its ecological and conservation significance as an indicator species for coral reef health, this species is listed as “Near Threatened” on the IUCN Red List due to threats from habitat degradation and artisanal fishing pressures. In response, the Indonesian Ministry of Marine Affairs and Fisheries granted full protection to H. halmahera in 2023. However, current knowledge about this shark is limited, with research on H. halmahera comprising only about 9% of total studies on the Hemiscyllium genus. Key areas of interest, such as the species’ life history, population dynamics, genetic diversity, and diet, remain underexplored, highlighting a need for targeted research to inform conservation efforts.
This study aims to bridge knowledge gaps by investigating the diet and genetic diversity of H. halmahera. To understand the shark’s dietary habits, the research will utilize minimally invasive techniques, through fecal DNA (fDNA) metabarcoding to analyze stomach contents with high taxonomic precision. Additionally, the molecular approach of fin clipping will assess genetic diversity and population connectivity across habitats in surrounding areas of Morotai Islands, North Maluku, in providing insights into gene flow and potential population fragmentation. By combining diet composition analysis with genetic data, this study seeks to clarify H. halmahera’s ecological role and resilience, ultimately supporting strategies for conservation and sustainable management of this vulnerable species.

Maritim Muda Indonesia
Ester Novita Togatorop
Maritim Muda Indonesia & Universitas Papua
Studi Kasus: Pemetaan Daerah Habitat Utama Hiu Berjalan dalam Mendesain Zona Perlidungan dari Aktivitas Masyarakat Nelayan di Wilayah Perairan Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat)
STRATEGI PENGELOLAAN HIU BERJALAN BERBASIS HABITAT
Pulau Mansinam merupakan salah satu pulau yang berada di kawasan Teluk Doreri berhadapan dengan Pulau Nusmapi, Kabupaten Manokwari dan terletak pada koordinat 0054’6.575” Lintang Selatan (LS) dan 13406’6.038” Bujur Timur (BT) serta masuk dalam batas wilayah administrasi Distrik Manokwari Timur. Berdasarkan informasi masyarakat ikan hiu berjalan sering ditemukan pada sekitar wilayah ekosistem lamun dan terumbu karang saat siang maupun malam hari, hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Insani et al., 2022) tentang Hemiscyllium galei in Doreri Bay, Manokwari, Indonesia, di Perairan Arowi dan Pulau Nusmapi, namun di Pulau Mansinam belum dilakukan intervensi untuk habitat utama hiu berjalan. Padahal jika dilihat, karakteristik habitat antar lokasi dalam Teluk Doreri memiliki kemiripan habitat dan tipe ekosistem yang hampir sama, sehingga hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan kajian ini di Pulau Mansinam sebagai lokasi penelitian.
Penelitian ini bertjuan untuk mendeskripsikan jenis hiu berjalan di perairan Pulau Mansinam, mendesain peta lokasi habitat utama hiu berjalan di perairan Pulau Mansinam, merekomendasikan strategi pengelolaan yang tepat untuk perlindungan habitat utama hiu berjalan di sekitar perairan Pulau Mansinam. Penelitian ini dilakukan untuk merekomendasikan sebuah kebijakan konservasi dan pengelolaan dalam mendesain zona perlidungan dari aktivitas masyarakat nelayan di wilayah perairan Pulau Mansinam. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada nelayan, masyarakat sekitar, dan pengamatan secara langsung dilakukan terhadap lokasi habitat utama hiu berjalan dengan pendekatan monitoring secara time sheries dari pagi, siang, dan malam hari untuk mengidentifikasi hiu berjalan dan melakukan pengambilan koordinat disetiap lokasi yang ditemukan spesies untuk mendesai zona perlindungan yang akan dianalisis menggunakan ArcGIS 10.2.

Universitas Diponegoro
Melly Ayu Oktavia, Andi Muhammad Affan Nugraha, Albertus Hendy Christian
Universitas Diponegoro
Telusur Jejak Rantai Pasok Pengolahan Iwak Pe’ (Dasyatidae) di Desa Bajomulyo, Juwana, Pati
Laut Pantai Utara Jawa merupakan salah satu wilayah tempat tinggal dari beragam spesies ikan pari. Terdapat 8 spesies ikan pari Dasyatidae yang terdeteksi di pelabuhan Juwana Pati, yaitu salah satu pelabuhan yang berada di Pantura Jawa. Penelitian ini mencoba menelusuri bagaimana pemanfaatan ikan pari itu dengan fokus terhadap aktor, jaringan relasi, dan dampak ekonomi maupun lingkungannya. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberikan temuan data yang dapat mempertimbangkan langkah selanjutnya mengenai ikan Pari Dasyatidae di Pantai Utara Jawa. Pengumpulan data dilakukan secara survei ekonomi, wawancara mendalam, dan observasi partisipan terhadap nelayan, pengepul, pengolah ikan pari, pedagang, konsumen, dan jajaran dinas terkait. Sehingga nantinya dapat memahami sejauh mana rantai pasok ini berjalan dan dampak sosial ekonomi apa yang terdapat dari aktor-aktor terkait. Muaranya, penelitian ini dapat menjadi acuan dalam perancangan dan pembuatan kebijakan yang berkelanjutan dan humanis.

Universitas Airlangga
Muhammad Khoirul Anwar, Putri Asfarina Ifada, Oka Bayu Pratama
Universitas Airlangga
The Effectiveness of Image Identification Technology for Shark Carcasses in Hammerhead Shark Species (Sphyrnidae) at TPI Brondong, Lamongan, East Java.
The hammerhead sharks (family Sphyrnidae), particularly found in the waters of Indonesia, are iconic species recognized by their distinctive cephalofoil head. These sharks play a critical role in marine ecosystems as apex predators, yet most species in this family are listed as “Critically Endangered” on the IUCN Red List due to overfishing and habitat degradation. Their body parts, such as fins and carcasses are highly sought after in local and international markets, leading to significant pressure on their populations. Accurate species identification is essential for monitoring trade and implementing conservation efforts. However, traditional identification methods are often subjective, time-consuming, and reliant on expert knowledge.
This study, branded as SeeShark, addresses these challenges by developing a computer vision-based identification tool tailored for hammerhead shark species in the TPI Brondong, Lamongan, East Java. Using images of carcasses, fins, teeth, and skin collected from markets, the project aims to create a robust dataset for training a machine learning model. The performance of this model will be evaluated against traders’ identification accuracy to assess its efficiency and reliability. By providing a fast, cost-effective, and scalable identification tool, this research not only supports sustainable trade monitoring but also contributes to the conservation of hammerhead sharks by enhancing data accuracy and fostering awareness of their critically endangered status
Monitor the progress of this project at www.seeshark.org

Universitas Syiah Kuala
Riska Diajeng Putri, Rada Febriyanti, Nur Zulurrahmi
Universitas Syiah Kuala
Penilaian Pengelolaan Hiu Laut Dalam Berbasis EAFM Berdasarkan Kelembagaan Panglima Laot Di Perairan Aceh Barat Daya
Perairan Kabupaten Aceh Barat memiliki beragam sumber daya ikan, termasuk ikan hiu yang menjadi tangkapan target maupun non-target bagi nelayan. Hiu berperan penting sebagai predator puncak dalam rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. Di Indonesia ditemukan 116 spesies hiu dari 25 family, sama halnya di Perairan Aceh Barat Daya sering ditemukannya spesies hiu, baik itu hiu oseanik dan hiu laut dalam. Untuk spesies hiu laut dalam, jenis yang paling sering di daratkan oleh nelayan salah satu jenisnya yaitu Squalus sp. dan Chimaera sp., dengan Squalus sp. sebagai spesies dominan tertangkap. Berdasarkan kategori IUCN Red List, Squalus sp. termasuk dalam kategori Vulnerable (Rentan) yang berisiko akan mengalami terancam menuju kepunahan di alam.
Hiu laut dalam berperan penting dalam ekosistem laut, namun keberadaannya terancam akibat penangkapan yang tidak ramah lingkungan dan eksploitasi berlebihan. Ecosystem Approach of Fisheries Management (EAFM) hadir sebagai solusi pengelolaan berkelanjutan dengan mempertimbangkan seluruh komponen ekosistem. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran komperhensif mengenai pengelolaan jenis hiu laut dalam meliputi seperti spesies Squalus sp. (hiu minyak), Mitsukurina owstoni (goblin shark), Echinorhinus brucus (bramble shark), Chimaera sp. dan lainnya. Di perairan Aceh Barat Daya, efektivitas pengelolaan berbasis EAFM akan diseleraskan dengan aturan adat panglima laot, serta tantangan dan peluang dalam implementasinya.

Universitas Nusa Nipa
Wilhelmus Ratu Hurint
Universitas Nusa Nipa
Rantai Pasok dan Pendapatan Nelayan Hiu dan Pari di Kabupaten Flores Timur
Kondisi sosial ekonomi nelayan juga perlu diperhatikan, mengingat banyak dari mereka yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit. Dengan mengetahui lebih lanjut tentang rantai pasok dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berguna untuk pengembangan kebijakan yang mendukung kesejahteraan nelayan serta keberlanjutan sumber daya laut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam memahami dan meningkatkan pendapatan nelayan hiu dan pari di Kabupaten Flores Timur, sekaligus menjaga keberlanjutan sumber daya laut, diharapkan akan terungkap strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan, serta menjaga keseimbangan ekosistem laut. Hal ini tidak hanya akan bermanfaat bagi nelayan itu sendiri, tetapi juga bagi masyarakat luas dan keberlanjutan lingkungan.
Hibah Konservasi

Aylin Oyaitouw
Aylin Oyaitouw
Konservasi Hiu Berjalan di Kampung Kantumilena, Jayapura
Kampung Kantumilena atau nama lainnya Kampung Endokisi yang merupakan salah satu kampung yang terletak di Distrik Yokari, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua yang merupakan kampung dengan terumbu karang sehingga memiliki potensi sebaran species Hiu Berjalan (Walking Shark) yang belum disadari sehingga menjadi menjadi fokus sasaran konservasi dan pengelohan hiu berjalan yang kami lakukan. Dilihat dari daftar Merah Spesies Terancam Word Conservation Union (IUCN) (www.iunedlist.org, cavanaga dkk 2003) pada Desember 2020, International Union for Conservation of Nature memperbarui status Konservasi Hiu Berjalan (Kalabia) dari awalnya “data deficient” menjadi “vulnerable” atau terancam, punah. Sehingga dalam konservasi dan Pengelolahan Hiu Berjalan ini kami akan membuat upaya-upaya dan strategi dalam bentuk kegiatan-kegiatan seperti Wawancara, Observasi, Dokumentasi, Sosialisasi sampai dengan Publikasi agar menjaga kelestarian dan jangan terjadi kepunahan terhadap species hiu berjalan (Walking Shark) yang berada di Kampung Kantumilena.

Yayasan Hiu Pari Lestari (EPI)
Nyimas Alvynna Keneisha Zahra, Faqih Akbar Alghozali, Kinanti Amalia Niloperbowo, Maula Nadia, Ashma Hanifah
EPI
Lokakarya dan implementasi skema integrasi citizen science dan pariwisata bertanggung jawab untuk upaya riset dan konservasi berkelanjutan hiu berjalan (H. freycineti) di Arborek, Papua Barat Daya”
Raja Ampat Epaulette Shark (hiu berjalan) (Hemiscyllium freycineti) adalah spesies hiu yang endemik di Raja Ampat, Papua Barat Daya, Indonesia. Meskipun status konservasinya adalah Hampir Terancam (Near Threatened), populasi spesies ini menurun karena terbatasnya distribusi vertikal spesies ini (Allen et al., 2016) serta adanya pembangunan homestay, gangguan lalu lintas kapal, dugaan penangkapan untuk perdagangan akuarium, dan tekanan penangkapan ikan tradisional/pengambilan sumber daya laut (Compagno & Compagno, 2001; IUCN, 2020). Di sisi lain, penelitian spesifik terhadap spesies ini masih sangat terbatas sejak pengamatan pertama spesies ini dilakukan pada tahun 2003 (Cornish, 2005) dan beberapa penelitian terhadap spesies ini oleh peneliti lepas, Conservation International, Konservasi Indonesia (KI), dan EPI. Penelitian untuk hiu berjalan masih sangat terbatas dikarenakan beberapa tantangan termasuk diantaranya terbatasnya sumber daya dari segi periset serta biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data yang komprehensif. Oleh karena itu, sebuah pendekatan untuk dapat melakukan pemantauan hiu berjalan secara berkala dan efektif secara sumberdaya sangat diperlukan untuk mengimplementasikan perlindungan penuh hiu berjalan di Raja Ampat oleh Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD) Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Raja Ampat. Citizen science dapat menjadi sebuah pendekatan alternatif karena sifatnya yang dapat direplikasi dan dapat dilakukan banyak orang. Pendekatan ini juga dapat diintegrasikan dengan wisata yang memang telah menjadi sektor mata pencaharian utama di Raja Ampat, terutama di Arborek dimana penelitian mengenai hiu berjalan telah lebih sering dilakukan sejak tahun 2023, termasuk oleh tim EPI.
Proyek ini merupakan bagian dari Kalabia Project 2024 yang akan dilaksanakan tim EPI pada Agustus-Oktober 2024 dengan skema co-funding, dengan tujuan spesifik untuk mengimplementasikan citizen science melalui pariwisata bertanggung jawab sebagai upaya pemantauan berkelanjutan dan pelestarian hiu berjalan di Arborek, Raja Ampat, dengan mengedepankan prinsip konservasi yang bermanfaat bagi masyarakat lokal.

Yayasan Impak Biru Laut Indonesia
Muhammad Fauzi, Muthya Farah
Impact Blue Sea Foundation (Yayasan Impak Laut Biru Indonesia)
Konservasi Pari Air Tawar di Kalimantan Barat
Ikan pari air tawar merupakan salah satu spesies yang bisa ditemukan di daerah muara sungai, khususnya di cabang Sungai Kapuas di Kalimantan Barat. Spesies ini biasanya tertangkap menggunakan jaring pukat mini pada kedalaman antara 1-3 meter. Karena permintaan ekspor yang tinggi, terutama ke Jepang, eksploitasi terhadap ikan pari ini terus berlangsung. Permintaan dan harga tinggi atas produk pari memberikan insentif ekonomi yang kuat bagi nelayan dan banyak pihak, namun hal ini juga meningkatkan resiko penangkapan pari secara berlebihan yang mengancam keberlangsungan mereka.
Hingga saat ini, informasi mengenai pari air tawar dilindungi di sekitar Kalimantan Barat masih sangat minim termasuk informasi mengenai rantai perdagangannya. Selain itu, pemahaman mengenai kegiatan perikanan pari air tawar di Kalimantan Barat masih belum banyak dikaji. Ketersediaan data terkini mengenai pola pemanfaatan serta nilai ekonomi pari air tawar bagi masyarakat lokal masih jarang ditemui. Oleh sebab itu, proyek ini bertujuan untuk melakukan kajian awal terkait kondisi perikanan pari air tawar di daerah Sungai Kapuas, Kalimantan Barat dan aspek sosial masyarakat yang bergantung terhadap ikan pari air tawar.
Profil Alumni

Tim Sosial Ekonomi
Nabila Nur Septiani, Sahaya Aulia Azzahra, Lailatun Nikmah
Institut Pertanian Bogor
Alumni IYES 2022
Analisis Ekonomi Kelembagaan, Rantai Pasok, dan Livelihood Assets Nelayan dari Perdagangan Pari Air Tawar di Sungai Musi, Sumatera Selatan
Kota Palembang di Sumatera Selatan menjadi habitat bagi spesies pari air tawar dan beberapa diantaranya dilindungi oleh undang-undang karena terancam mengalami kepunahan. Adapun spesies dilindungi yang dapat ditemukan di perairan Sumatera Selatan terdiri dari tiga spesies, diantaranya pari sungai tutul (Fluvitrygon oxyrhynchus), pari sungai pinggir putih (Fluvitrygon signifer), dan pari sungai raksasa (Urogymnus polylepis). Faktor alam dan faktor manusia termasuk rantai perdagangannya menyebabkan keberadaan spesies pari air tawar terancam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi interaksi antaraktor pengelola pari air tawar, menganalisis rantai pasok dan margin pemasaran pari air tawar di Sungai Musi, dan menganalisis livelihood assets nelayan pari air tawar di Sungai Musi, Kota Palembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan perdagangan pari air tawar di Indonesia yang digunakan untuk menyusun strategi pengembangan lapangan kerja lain sebagai diversifikasi modal penghidupan (livelihood assets) sehingga nelayan yang terlibat mampu melakukan transisi dari penangkapan pari air tawar pada pekerjaan lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada nelayan, aktor perdagangan yang terlibat, stakeholder baik di pemerintahan, akademisi, NGO, dan juga jurnalis.

Tim Bioekologi
Amila Fitri Salsabil, Sinta Navyanda Putri, Joshua Ruben Bungaran S
Institut Pertanian Bogor
Alumni IYES 2022
Studi Bio-Ekologi dan Biodiversitas Ikan Pari Air Tawar Menggunakan Pendekatan Morfometrik dan Genetik di Sungai Musi, Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan
Ikan pari (Dasyatidae) terdistribusi secara luas di perairan Indonesia baik di perairan tawar maupun laut. Ikan pari air tawar termasuk dalam ikan yang dilindungi (Kepmen KP No 1 Tahun 2021), namun keberadaannya terancam akibat berbagai aktivitas manusia. Salah satu habitat ikan pari air tawar yaitu Sungai Musi, Provinsi Sumatera Selatan. Ikan pari air tawar di Sungai Musi sering tertangkap oleh jaring nelayan dan dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi atau ikan hias sehingga populasinya semakin menurun. Sementara itu, informasi terkait sumberdaya ini sangat minim. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik habitat, jenis, morfologi, dan ketelusuran spesies melalui DNA barcoding sehingga dapat memberikan informasi yang lebih komprehensif tentang ikan pari air tawar di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
Karakteristik habitat ikan pari air tawar di Sungai Musi, Kota Palembang memiliki air keruh berwarna coklat, salinitas 0 ppm (air tawar), suhu berkisar 25-30°C, dan tipe substrat berupa liat. Sekitar Sungai Musi di Kota Palembang terdapat berbagai aktivitas masyarakat yang diduga dapat menyebabkan degradasi habitat bagi ikan pari air tawar di Sungai Musi. Ikan pari air tawar yang didapatkan terdiri dari enam spesies (Fluvitrygon signifer, Fluvitrygon oxyrhynchus, Fluvitrygon cf. oxyrhynchus, Fluvitrygon kittipongi, Pastinachus stellurostris, dan Urogymnus polylepis) dengan beberapa kesamaan karakteristik, yaitu warna cakram dorsal kecoklatan hingga kehitaman, ekor sangat panjang seperti cambuk, terdapat 2 duri sengat, dan memiliki mata yang kecil. Adapun dari hasil analisis DNA barcoding, terdapat dua spesies ikan pari air tawar yang berhasil tervalidasi secara molekuler, yaitu F. signifer dan P. stellurostris. Spesies ikan pari air tawar tutul (F. oxyrhynchus) dan ikan pari tepi putih moncong panjang (F. oxyrhynchus) belum tervalidasi secara genetik. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya dalam strategi pengelolaan ikan pari air tawar yang berkelanjutan di Indonesia.