
Pemukiman di sekitar Dusun Kalala, Desa Hadakamali, Wulla Waijelu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tampak berbeda dalam beberapa tahun belakangan. Banyak rumah memiliki bangunan permanen dengan tembok dan papan, serta berbagai merek kendaraan bermotor terparkir di halamannya. Di pagi hari, ramai anak-anak berseragam rapi berangkat menuju sekolah.
“Sebelum kami bekerja di budi daya rumput laut, memang ekonomi kami tidak seperti sekarang ini. Rumah-rumah kami dulu ala kadarnya. Sekarang ada rumah permanen, kendaraan, bahkan biaya kuliah anak sampai ke Jawa, kami mendapat uang dari budi daya rumput laut,” tutur Siti Bariyah, Ketua Kelompok Pembudidaya di Hamparan Kalala, Desa Hadakamali.
Bagi masyarakat setempat, menjadi pembudidaya rumput laut sangat menjanjikan. Berbeda dengan lapangan pekerjaan lainnya, seperti nelayan tradisional maupun petani, rumput laut dapat memberikan hasil dan keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat.
“Iya, sangat beda sekali, karena dengan budi daya rumput laut ini, dalam 45 hari, kami bisa mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dalam tempo singkat, walau memang semuanya tergantung modal dan usaha pembudidaya,” Siti melanjutkan di saat kesibukannya merapikan rumput laut untuk dipasang di lepas pantai.
Budi daya rumput laut di pesisir Sumba Timur telah memberikan akses ekonomi yang luas untuk perempuan, seperti Siti. Hal ini didukung dari hasil studi yang dilakukan oleh Universitas Nusa Cendana dan Konservasi Indonesia tahun 2022. Hasil mengungkap bahwa laki-laki dan perempuan, di kabupaten ini mempunyai akses dan partisipasi yang sama untuk melakukan budi daya rumput laut, dengan persentase keterlibatan pembudidaya perempuan yang tinggi, yaitu sebesar 42,17%.
Menggantungkan penghidupannya dari laut, Siti percaya bahwa keharmonisan dan kelestarian ekosistem perairan perlu dijaga dengan baik. Baginya, terumbu karang adalah tempat bernaung berbagai jenis ikan dan biota laut, sehingga kelestariannya perlu dijaga. “Kalau terumbu karangnya sehat, kita dapatnya double, rumput laut dapat, ikan juga dapat.”
Salah satu upaya yang ia lakukan untuk menjaga kelestarian terumbu karang sebagai pembudidaya rumput laut adalah dengan sangat berhati-hati dalam melakukan proses pembersihan lahan sehingga tidak mengganggu terumbu karang.
“Ketika membersihkan lahan, bisa saja mengenai dan merusak terumbu karang, karena di sini ada yang masih menggunakan alat kerja berbahan besi atau garo, yang bisa mematahkan terumbu karang,” lanjutnya sambil memasang rumput laut, yang sudah dipilahnya, di bibir pantai.
Siti berharap rekan sesama pembudidaya rumput laut di daerahnya dapat semakin memahami pentingnya terumbu karang. Bahwa bukan sekedar benda mati, terumbu karang juga merupakan elemen penting dalam keseimbangan ekosistem laut.
“Penghidupan kami berharap di laut. Untuk itu, saya mengajak kepada teman-teman pembudidaya, mari sama-sama tidak kita ganggu dan rusak terumbu karang. Jangan sampai yang rugi nanti adalah diri kita sendiri dan generasi berikutnya,” tutup Siti.