Eksplorasi Laut Dalam Sumatra Bakal Dorong Target Konservasi Perairan Nasional

Bogor, Jawa Barat, 08 Juli 2025 – Satu tahun setelah perjalanan eksplorasi laut Indonesia OceanX Mission dimulai, para peneliti yang tergabung dari OceanX, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Konservasi Indonesia (KI), kembali bertemu untuk menggabungkan dan mendiskusikan hasil temuan awal yang didapat dari perjalanan tersebut. KI yang terlibat dalam penelitian laut dalam untuk Leg-2 dan Leg-3 yakni di perairan Wilayah Pengelolaan dan Perikanan (WPP) 572 –dengan cakupan area perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatra dan Selat Sunda– berharap hasil dari pertemuan dapat segera dirangkum untuk mendukung target pemerintah dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan atau Marine Protected Area (MPA).

Senior Ocean Program Advisor Konservasi Indonesia, Victor Nikijuluw, menegaskan bahwa sebagai bentuk komitmen terhadap dukungan untuk pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, tim peneliti menargetkan tiga keluaran utama dari hasil analisis yang sedang dilakukan. Pertama, publikasi berupa scientific paper sebagai kontribusi ilmiah yang memperkuat basis pengetahuan dalam sektor perikanan.

“Kedua, penyusunan dokumen kebijakan, baik dalam bentuk policy paper maupun policy brief, yang secara langsung ditujukan untuk mendukung pengambilan keputusan di tingkat nasional, khususnya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Sedangkan ketiga, hasil dari penelitian ini diharap dapat dikemas sebagai support scientific information untuk mendukung target Indonesia dalam visi MPA 30×45,” ujar Victor dalam pertemuan di Bogor, hari ini.

Dia menambahkan, pertemuan kali ini menjadi bagian dari proses tim peneliti untuk menghadirkan rekomendasi berbasis data yang dapat memperkuat sistem pengelolaan perikanan di Indonesia. Salah satu capaian penting dalam proses ini, imbuh Victor, adalah tersusunnya draft Reviu Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) untuk Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 572 yang mencakup wilayah perairan barat Sumatra, pada dua bulan lalu. Draft tersebut telah disampaikan kepada Menteri KKP dan akan segera diaktifkan sebagai dasar kebijakan nasional.

“Namun, implementasi RPP ini masih membutuhkan dukungan data yang lebih komprehensif, termasuk data yang diperoleh langsung dari pemerintah pusat maupun daerah. Dengan dukungan informasi dan kajian ilmiah yang kuat, diharapkan pengelolaan perikanan nasional bisa menjadi lebih adaptif, terukur, dan berkelanjutan,” tutur dia.

Salah satu peneliti KI yang juga sebagai Senior Manager Blue Halo S, Rian Prasetia, pada kesempatan yang sama menyampaikan, tim peneliti kini tengah melakukan riset ekstensif dari hasil perjalanan di sepanjang WPP 572. Dia menyebut, KI bersama BRIN, dan OceanX, secara total meneliti 26 lokasi pada Leg-2, dan 9 lokasi di Leg-3.

“Secara total, sweeping menggunakan ROV (Remotely Operated Vehicle) yang kami lakukan saat itu mencakup area dari kedalaman 60 hingga 5.000-meter mulai dari zona mesofotik, mesopelagik, hingga batipelagik, yang secara total mencapai 26,25 kilometer. Fokus riset kala itu adalah memetakan kondisi komunitas bentik dan nekton yang termasuk kelompok ikan laut dalam, yang hingga kini masih minim data,” papar dia.

Lebih lanjut, dia menceritakan, data yang dikumpulkan dan tengah diolah berasal dari ribuan jam rekaman footage bawah laut, yang membutuhkan proses identifikasi taksonomi yang sangat detail dan cukup memakan waktu. Meskipun analisis menyeluruh masih berlangsung, sambung Rian, beberapa temuan awal sudah mulai menunjukkan potensi penting kawasan ini, baik dari segi ekologi maupun perikanan.

“Dari 35 lokasi yang ditemukan itu ada sekitar sembilan lokasi yang memiliki kelimpahan tinggi. Tapi menariknya ini semuanya ada di kedalaman mesopelagik yaitu sekitar 150 hingga 1000 meter. Lokasi-lokasinya itu ada di sebelah Selatan perairan Nias, Pulau Siberut, hingga daratan Sumatra, dan temuan di wilayah ini adalah teripang yang melimpah,” ungkap Rian. Sedangkan, tambah dia, pada kedalaman 1000 hingga 5000-meter, ekspedisi ini menemukan beberapa fauna seperti pari dan hiu.

Melalui ekspedisi OceanX Mission ini, Rian menyampaikan, para peneliti berharap dapat menyumbangkan data ilmiah penting untuk mendukung kebijakan perikanan dan pembentukan kawasan konservasi baru, yang kelak menjadi bagian dari strategi pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan berbasis biodiversitas.

Meski fokus penelitian dilakukan di laut dalam, namun ada juga penelitian yang dilakukan di daratan. Sinergi dua kawasan ini dilakukan tentunya untuk memperkuat hasil riset. Ketua Kelompok Riset Biodiversitas Spesies Endemik Fauna Akuatik BRIN, Gunawan Muhammad, mencontohkan tentang penelitian yang dilakukan timnya dalam mempelajari struktur populasi dari tiga spesies tuna, yaitu yellow fin tuna, skip jack tuna, dan mackarel tuna di perairan Sumatra.

“Kami melakukan sampling dari ketiga spesies tuna sebanyak 781 sampel garis panjang perairan Sumatra, kemudian kami melakukan ekstraksi DNA. Tujuan utamanya, kami ingin melihat apakah struktur populasi tuna yang didapatkan oleh nelayan di sepanjang pantai Sumatra itu berasal dari populasi yang sama atau berbeda,” jelas Gunawan.

Dia memastikan riset genetika populasi dalam ekspedisi Ocean X ini punya peranan yang sangat penting dalam penyusunan MPA. “Jika ternyata disimpulkan bahwa mereka berasal dari populasi yang sama, maka manajemen MPA dapat disamakan di semua wilayah MPA. Data yang kami hasilkan ini nantinya akan membantu pemerintah dalam menyusun kebijakan di MPA itu sendiri,” tutur dia.

Tentang Konservasi Indonesia – Konservasi Indonesia (KI) merupakan yayasan nasional yang bertujuan mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan di Indonesia. KI percaya pentingnya kemitraan multi pihak yang bersifat lintas sektor dan yurisdiksi untuk mendukung pelestarian lingkungan di Indonesia. Bermitra dengan Pemerintah dan para mitra, KI merancang dan menghadirkan solusi inovatif berbasis-alam, serta pendekatan strategi pengelolaan bentang alam dan bentang laut yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang bagi masyarakat dan alam Indonesia. Informasi lebih lanjut: www.konservasi-id.org

Narahubung Media:

Communications Manager Konservasi Indonesia: Megiza | mmegiza@konservasi-id.org