Dari Artis ke Aktivis! Prilly Latuconsina Dukung Konservasi Laut Kaimana

Kaimana, yang dikenal sebagai “Kerajaan Ikan” (Kingdom of Fish), semakin mengukuhkan diri sebagai destinasi ekowisata berbasis konservasi yang berkelanjutan. Dengan kekayaan biodiversitas lautnya, keindahan terumbu karang, serta kearifan lokal yang menjaga keseimbangan alam, Kaimana menjadi contoh nyata bahwa pariwisata dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.

Sebagai bagian dari kampanye kesadaran konservasi alam, Prilly Latuconsina, aktris yang juga pegiat lingkungan membagikan pengalamannya setelah menjelajahi Kaimana dan melihat langsung upaya konservasi yang dilakukan masyarakat, pemerintah setempat, dan juga Konservasi Indonesia (KI) sebagai mitra pembangunan.

“Setelah mengunjungi Kaimana dan mendatangi spot-spot diving di Kaimana di Teluk Triton seperti Bo’s Rainbow, Larry’s Dive Heaven, Christmas Rock, hingga Teluk Bicari yang menjadi tempat pertemuan hiu paus dan lumba-lumba, aku sangat yakin bahwa kabupaten ini adalah surga tersembunyi yang harus kita jaga. Bukan hanya oleh masyarakat setempat, tapi kita semua yang mengunjunginya,” ujar Prilly.

Tidak hanya menyusuri keindahan bawah laut perairan Kaimana, Prilly juga sempat mendatangi Danau Ubur-ubur hingga, hutan menyusuri hutan mangrove di Kampung Marsi. Sedangkan, di Kampung Namatota, Prilly mengaku mendapat kesempatan berharga saat dapat memelajari proses transplantasi terumbu karang. “Aku benar-benar kagum dengan pemahaman masyarakat di Kaimana yang ingin terus melindungi alam agar dapat dinikmati hingga generasi mereka ke depan,” tutur aktris yang telah didaulat sebagai Kawan Hiu Paus Konservasi Indonesia.

Dalam upaya menjaga kelestarian ekosistemnya, KI bersama dengan masyarakat adat, pemerintah daerah, serta berbagai mitra konservasi, terus berkolaborasi untuk mengembangkan pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Salah satu inisiatif utama adalah perlindungan ekosistem laut dan mangrove seluas lebih dari 52 ribu hektar, yang menjadi habitat penting bagi spesies bernilai ekonomi dan ekologi, termasuk hiu paus dan lumba-lumba Indo-Pasifik.

“Kaimana memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Dengan pendekatan konservasi berbasis masyarakat dan pengelolaan wisata yang bijak, kami percaya Kaimana bisa menjadi ikon ekowisata baru seperti Raja Ampat,” ujar Meizani Irmadhiany, Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia.

Sejak 2013, upaya konservasi di Kaimana telah menunjukkan hasil yang luar biasa. Berdasarkan pemantauan KI pada 2020, Kaimana telah menjadi rumah bagi 1.157 spesies ikan dan 492 jenis terumbu karang, yang menjadikannya salah satu ekosistem laut terkaya di dunia. Selain itu, imbuh Meizani, dijaganya tradisi Sasi Nggama oleh masyarakat adat yang merupakan sebuah sistem kearifan lokal yang mengatur pemanfaatan sumber daya laut, menjadikan perlindungan melalui tradisi berdampak besar pada perekonomian masyarakat.

“Begitupun dengan keberhasilan program transplantasi terumbu karang di Kampung Namatota juga menjadi bukti bahwa konservasi dapat berjalan beriringan dengan pariwisata. Inisiatif ini tidak hanya menghidupkan kembali ekosistem bawah laut, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata bagi para penyelam dan pecinta lingkungan,” jelas Meizani.

Kolaborasi KI bersama pemerintah daerah untuk terus mendampingi masyarakat dalam mengembangkan ekowisata berbasis komunitas, salah satunya dilakukan bersama Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kaimana, yang berperan besar dalam memastikan keberlanjutan pengelolaan kawasan konservasi seluas hampir 500 ribu hektar, yang merupakan aset penting bagi ekonomi masyarakat dan lingkungan.

Eli Auwe, Kepala BLUD Kaimana, menuturkan perkembangan ekowisata di Kaimana terasa sangat signifikan. Data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Kaimana, kata Eli, mencatat jumlah wisatawan lokal naik setiap tahunnya. “Di tahun 2015 awalnya hanya 86 orang, kemudian naik menjadi 1.228 orang di tahun 2019. Sedangkan, pada rentang tahun yang sama, jumlah wisatawan mancanegara rata-rata mengalami kenaikan adalah 15% setiap tahunnya. Terakhir di tahun 2024, BLUD mencatat ada 797 wisatawan asing yang berwisata di dalam kawasan konservasi Kaimana,” ungkap Eli.

Di tempat yang sama, Raja Namatota Randi Asnawi Ombaier mendukung kehadiran para mitra di Kaimana yang membantu dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Seperti yang dilakukan oleh KI dalam membuat pendataan hasil sasi atau berbagi informasi dengan para pelaku sasi lainnya yang ada di dalam jejaring sasi.

“Kami jadi bisa melihat ada peluang sumber pendapatan baru dengan memanfaatkan kekayaan alam kami secara bijak yaitu dengan ekowisata. Kami membuat desa wisata di Namatota dengan memanfaatkan kehadiran hiu paus yang membuat banyak turis datang di sekitar desa kami. Kami sangat menyambut wisatawan yang ingin datang menyaksikan keindahan alam dan berpartisipasi dalam perlindungan ekosistem,” sebut Raja Namatota.

Tentang Konservasi Indonesia – Konservasi Indonesia (KI) merupakan yayasan nasional yang bertujuan mendukung pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan di Indonesia. KI percaya pentingnya kemitraan multi pihak yang bersifat lintas sektor dan yurisdiksi untuk mendukung pelestarian lingkungan di Indonesia. Bermitra dengan Pemerintah dan para mitra, KI merancang dan menghadirkan solusi inovatif berbasis-alam, serta pendekatan strategi pengelolaan bentang alam dan bentang laut yang terintegrasi dan berkelanjutan untuk menghasilkan dampak positif dalam jangka panjang bagi masyarakat dan alam Indonesia. Informasi lebih lanjut: www.konservasi-id.org

Narahubung Media: Event and Media Engagement Manager Konservasi Indonesia | Megiza | 0819-3223-3023