1. Background (insert brief background of KI and the Program)
Raja Ampat merupakan Kawasan konservasi merupakan rumah bagi 69,21% spesies karang dunia, dimana ditemukan 553 jenis karang (Veron et al., 2009) dan dua diantaranya merupakan jenis endemik Raja Ampat dari keluarga Acroporidae yaitu Montipora delacatula dan Montipora verruculosus (DeVantier et al., 2009). Selain itu ditemukan setidaknya41 jenis dari 90 genus karang lunak Alcyonacean dari 14 Famili (Donnelly et al., 2002). Di wilayah ini juga ditemukan 699 jenis moluska dan menjadi rumah bagi 5 jenis penyu (McKenna et al., 2002), setidaknya 1.580 jenis ikan karang (Allen dan Erdmann, 2012; update Erdmann, 2018) dan rumah bagi 15 jenis mamalia laut yang terdiri dari 14 jenis cetacean (13 jenis paus dan lumba-lumba) dan 1 jenis duyung (Dugong dugon) (Kahn, 2007). Salah satu pemicu keanekaragaman yang luar biasa ini adalah tingginya keragaman habitat mulai dari lamun, mangove, terumbu karang di perairan dangkal (termasuk terumbu karang tepi, penghalang, patch dan atol) hingga celah dalam antar pulau-pulau kecil utama. Dengan tingkat keragaman hayati yang begitu tinggi, para ilmuwan menyebut Kepulauan Raja Ampat sebagai jantung Segitiga Karang Dunia.
Tingginya sumberdaya alam di Kawasan Konservasi seharusnya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yang hidup di dalamnya. Berbagai manfaat ekonomi sudah di rasakan oleh masyarakat lokal seperti dari aspek pariwisata dan perikanan. Sejak tahun 2006 Pariwisata mulai berkembang di Raja Ampat dan berkembang cukup pesat yang ditandai dengan meningkatnya kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Seiring meningatkan kegiatan pariwisata, pembangunan fasilitas pariwisatapun meningkat.
Konservasi Indonesia melihat perkembangan pariwisata dapat menjadi ancaman baru jika tidak dikelola secara berkelanjutan. Berkembangnya penginapan/homestay, resort, kapal wisata, transportasi wisata, praktek pariwisataa yang tidak sesuai dengan etika berwisata dan lainnya, dapat berkontribusi pada rusaknya ekosistem sumberdaya alam yang merupakan modal penghidupan masyarakat lokal dan modal pariwisata Raja Ampat. Selain itu distribusi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal atau masyarakat kampung belum terjadi secara merata masih terpusat di beberapa area atau destinasi saja. Untuk itu sangatlah perlu menyiapkan masyarakat di tingkat kampung atau ODTW untuk memiliki kemampuan dan pengetahuan melakukan kegiatan pariwisata dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan mengelola usaha wisata dengan baik.
2. Project Overview (Insert description of the project and assignment)
Konservasi Indonesia memberikan dukungan kepada Pemda Raja Ampat dalam memastikan implementasi Pariwisata Berkelanjutan yang memastikan keseimbangan terhadap manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Hasil kajian Toruism spasial plan di Raja Ampat memperlihatkan urgensinya saat ini Raja Ampat melakukan pengendalian dan pengontrolankegiatan pariwisata serta memastikan serta distribusi manfaat pariwisata kepada masyarakat. sehingga penyiapan di Tingkat kampung sangatlah diperlukan. Menghadapi tantangan ini, Konservasi Indonesia memandang penyiapan di tingkat kampung dan atau tingkat ODTW menjadi cukup penting. Pengelolaan pariwisata di Kampung Friwen dengan pendekatan pengelolaan usaha wisata oleh BUMKAM/BUMDES, melalui kolaborasi dengan pemerintahan kampung dan Badan Usaha Milik Desa/Kampung (BUMDES) merupakan sebuah model usaha pariwisata yang akan dikembangkan sebagai percontohan. Model ini diharapkan akan menjadi contoh pengelolaan pariwisata di pulau kecil dimana perkembangan usaha wisata memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi seluruh masyarakat kampung (tidak hanya pemilik homestay) dan ekosistem laut.
Penyusunan rencana bisnis/usaha untuk kampung wisata Friwen ini akan melihat potensi peluang
usaha dan produk yang dapat dikembangkan oleh BUMDES sesuai dengan kebutuhan, kondisi
dan mengisi keterbatasan pengembangan pariwisata saat ini di kampung Friwen dan kampung
sekitar.
Untuk memastikan pelaksanaan rencana usaha, pendampingan dan dukungan melalui bantuan
teknis, peningkatan kelembagaan BUMDES, identifikasi produk, peningkatan kualitas dan
pemasaran juga akan dilakukan.