LOKASI KERJA KAMI
KERJA KAMI
SAHUL PAPUA
Ekoregion Sahul-Papua diberkati dengan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, baik di darat maupun perairan. Sebagai bagian dari ekoregion, beragam penelitian menunjukkan bahwa Tanah Papua adalah ‘kawah evolusi.’ Papua merupakan ‘rumah’ bagi hutan lebat dan rapat, gunung-gunung, terumbu karang yang memesona, serta keanekaragaman hayati darat dan laut yang luar biasa, termasuk beragam fauna endemik.
Konservasi Indonesia mendukung pemerintah, serta berkolaborasi dengan akademisi dan institusi pendidikan lokal, mitra non-pemerintah, dan masyarakat lokal, di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya dalam mengelola sumber daya alam hayati, melalui pendekatan bentang alam yang terintegrasi dan memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat lokal.
Hal tersebut merupakan upaya yang tidak terpisahkan dalam mewujudkan inisiatif Papua Barat sebagai “Provinsi Pembangunan Berkelanjutan,” yang diharapkan bisa diwujudkan di Provinsi Papua Barat Daya dan provinsi lainnya di Indonesia.
Konservasi Indonesia melanjutkan kerja Conservation International, yang telah dimulai semenjak tahun 2001 bersama mitra pembangunan lain dalam membangun dan mengembangkan jejaring kawasan konservasi perairan di Bentang Laut Kepala Burung untuk:
Mendorong pengelolaan pemanfaatan sumber daya perikanan secara berkelanjutan.
Meningkatkan kapasitas masyarakat dan para pemangku kepentingan, serta
Mengembangkan inisiatif perekonomian alternatif masyarakat pesisir di Provinsi Papua Barat Daya, dan Provinsi Papua Barat.
Di bentang darat, Konservasi Indonesia melakukan upaya:
Memperkuat pengelolaan jejaring kawasan hutan dan ekosistem darat lainnya, yang disebut dengan inisiatif Mahkota Permata Tanah Papua.
Mendorong pengelolaan hutan berbasis masyarakat melalui model pengelolaan perhutanan sosial, terkhusus di Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya dan di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.
Bersama-sama mitra Raja Ampat Research and Conservation Center (RARCC) mengembangkan program agroforestry di Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat Daya .
Konservasi Indonesia juga mengerjakan upaya-upaya pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam hayati yang bersifat lintas-bentang alam, seperti:
Program adaptasi terhadap perubahan iklim;
Konservasi spesies dilindungi dan/atau karismatik seperti pari manta, hiu paus, hiu berjalan, hiu zebra dan ketam kenari; serta
Mendorong penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability) untuk pariwisata di Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Untuk mencapai tujuan jangka panjang, setiap upaya dari Konservasi Indonesia di Papua Barat dan Papua Barat Daya selalu berpangkal kepada lima pendekatan, yaitu dasar ilmiah untuk pengambilan keputusan, dukungan terhadap masyarakat adat, pendidikan lingkungan hidup, peningkatan kapasitas internal dan bagi mitra-mitra lokal, serta perubahan kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam hayati secara berkelanjutan.
LOKASI KERJA
Di ekoregion Sahul-Papua, Konservasi Indonesia bekerja secara spesifik di Raja Ampat, Kaimana, Fakfak, Sorong Selatan, Tambrauw dan Manokwari.
Di Raja Ampat, Kaimana dan Fakfak, bersama pemerintah dan mitra strategis, Konservasi Indonesia membangun kawasan konservasi perairan dengan luasan kini mencapai 2.482.200,52 hektar, serta mendampingi pengembangan unit pengelola dari setiap kawasan agar mampu membiayai pengelolaan secara mandiri dan berkelanjutan.
Pengembangan kawasan-kawasan konservasi perairan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk melindungi 50% dari total luas kawasan perairan provinsi, dengan 20%-nya adalah kawasan larang tangkap atau no take zone.
Melalui upaya yang diselenggarakan dari Manokwari sebagai pusat pemerintahan Papua Barat, Konservasi Indonesia adalah salah satu mitra pemerintah dalam mewujudkan visi dari inisiatif Mahkota Permata Tanah Papua menjadi rencana aksi yang konkret.
Mahkota Permata Tanah Papua adalah sebuah inisiatif untuk memperkuat upaya perlindungan dan pengelolaan berkelanjutan dari sekitar 2,3 juta hektar hutan di Papua Barat dan Papua Barat Daya, dan merupakan perwujudan dari visi pemerintah provinsi untuk melindungi 70% luasan hutan di Papua Barat, mendorong peluang perekonomian berkelanjutan, serta mendukung masyarakat adat untuk mengelola sumber daya alam mereka.
Di Kabupaten Sorong Selatan, Konservasi Indonesia bekerja erat dengan masyarakat adat di lima kampung di Distrik Konda dalam mengembangkan inisiatif pengelolaan hutan berbasis masyarakat, melalui skema perhutanan sosial dengan luasan 37.371, 769 hektar. Inisiatif yang sama juga dilakukan di Desa Ubadari, Kabupaten Fakfak, dengan luasan 1.074 hektar.
Di Kabupaten Tambrauw, Konservasi Indonesia memfasilitasi mitra lokal untuk membuat demonstrasi program agroforestry di 20 hektar lahan kritis dataran Kebar.
Hubungi Kami:
Windy Botutihe: wbotutihe@konservasi-id.org